Analisis Fundamental : Manfaat , Tujuan, Tahapan dan Contoh Analisis Fundamental
Pengertian Analisis Fundamental
Analisis Fundamental atau Fundamental Analysis adalah teknik analisa yang memperhitungkan berbagai faktor, seperti kinerja perusahaan, analisis persaingan usaha, analisis industri, analisis ekonomi dan pasar makromikro. Dari sini dapat diketahui apakah perusahaan tersebut masih sehat atau tidak. Dari pengecekan tersebut, investor dapat mengetahui mana perusahaan yang dalam kondisi baik dan bisa dipilih untuk investasi.
Analisis fundamental adalah proses untuk mengidentifikasi apakah sekuritas berada di bawah atau diatas harga yang seharusnya (harga normal) ada suatu waktu tertentu. Dalam upaya untuk mendapatkan return yang tinggi, lebih dari yang biasanya, analisis fundamental mengungkapkan situasi khusus dengan menggunakan berbgai teknik penilaian. Analisis fundamental menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham memiliki nilai intrinsik tertentu. Analisis ini membandingkan antra nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum (Halim,2005:21). Analisis fudamental digunakan untuk memilih saham yang terbaik, sedangkan analisis tenikal digunakan ntuk menentukan saat yang tepat untuk membeli atau menjual saham (Sinaga,2011:14).
Manfaat Analisis Fundamental
- Mendeteksi saat yang tepat untuk masuk atau keluar daripasar saham. Dengan mengetahui bagaimana kondisi ekonomi negara, kita dapat mengetahui kapan kita harus berinvestasi.
- Membantu memilih saham yang baik untuk investasi. Dengan analisis industri dan keuangan perusahaan kita dapat terhindar dari memiliki perusahaan yang fundamentalnya kurang jelas
- Mengetahui harga wajar suatu saham. Analisis Fundamental dapat digunakan untuk mengetahui valuasi saham, yaitu berapa nominal rupiah saham itu layak dihargai.
Tujuan Analisis Fundamental
Tujuan akhirnya adalah untuk mencapai angka yang dapat dibandingkan oleh investor dengan harga sekuritas saat ini untuk melihat apakah sekuritas itu undervalued atau overvalued. Metode analisis stok ini dianggap berbeda dengan analisis teknis, yang memperkirakan arah harga melalui analisis data pasar historis seperti harga dan volume.
Semua analisis stok mencoba menentukan apakah sekuritas dinilai dengan benar dalam pasar yang lebih luas. Analisis fundamental biasanya dilakukan dari perspektif makro ke mikro untuk mengidentifikasi sekuritas yang tidak dihargai dengan benar oleh pasar. Analis biasanya mempelajari, secara keseluruhan, keadaan ekonomi dan kekuatan industri spesifik sebelum berkonsentrasi pada kinerja masing-masing perusahaan untuk sampai pada nilai pasar yang adil untuk saham.
Asal Mula Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah metode dalam melakukan analisis informasi, melakukan proyeksi dari informasi tersebut guna menghasilkan penilaian yang tepat bagi perusahaan . Salah satu bentuk analisis fundamental adalah melalui pendekatan Top-Down Analysis. Dalam pendekatan ini biasanya digunakan tiga pendekatan (Daves, 2004), yaitu :
- Mendalami dan mengerti kondisi lingkungan ekonomi yang berkaitan dengan perusahaan yang akan dinilai.
- Menyelidiki potensi perkembangan pada industri yang berkaitan dengan perusahaan.
- Menyelidiki perusahaan yang akan dinilai, meliputi strategi kopetensi utama, manajemen, aturan dan faktor relevan lainnya..
Secara umum, analisis fundamental ini melibatkan banyak sekali data variabel yang harus dianalisis, di mana beberapa di antara variabel tersebut yang cukup penting untuk diperhatikan yaitu:
- Pertumbuhan pendapatan (revenue growth).
- Rasio laba terhadap saham yang beredar ( earning per share-EPS).
- Rasio pertumbuhan EPS.
- Rasio harga saham terhadap laba perlembar saham (price earning ratio).
- Rasio harga saham terhadap pertumbuhan laba perseroan ( price earning growth ratio)
- Rasio harga saham terhadap penjualan (price/sales ratio).
- Rasio harga saham terhadap nilai buku (price book value).
- Rasio hutang perseroan (debt ratio).
- Margin keuntungan bersih (net profit margin)
Tahapan Analisis Fundamental
Ada tiga tahapan dalam melakukan analisis fundamental, yakni analisis ekonomi, analisis industri, dan analisis perusahaan.
1. Analisis Ekonomi
Kondisi ekonomi saat ini tentu bisa menjadi bagian dari analisis fundamental saham. Analisis ekonomi juga dibagi menjadi dua yaitu makro dan mikro.
a. Analisis Ekonomi Makro
Analisis ini digunakan untuk mencari tahu, apakah kondisi perekonomian global secara keseluruhan masih kondusif dan bisa mendukung pertumbuhan ekonomi negara kita? Apakah saat ini dunia tengah memasuki resesi atau krisis ekonomi?Jelilah dalam menyikapi kondisi perekonomian secara global. Hal itu disebabkan karena kondisi yang ini juga bakal mempengaruhi perilaku investor di pasar modal
b. Analisis Ekonomi Mikro
Sementara itu, analisis mikro lebih ditujukan kepada perekonomian di dalam negeri. Seperti halnya, sektor-sektor bisnis apa yang sedang tumbuh saat ini, apakah inflasi dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dan lain sebagainya.Analisis ini juga wajib dilakukan, agar kita tidak salah memilih saham. Cukup mengerikan jika tanpa disadari, kita membeli saham perusahaan yang prospeknya meredup, padahal kondisi ekonomi di negara kita sedang meningkat.
2. Analisis Industri
Setelah analisis ekonomi makro dan mikro, kita mempersempit analisisnya ke bagian siklus industri bisnis di negara kita. Dalam analisis industri, kita akan mengklasifikan perusahaan ke dalam siklus industrinya.
a. Fase awal (pioneering phase)
Perusahaan-perusahaan yang masih dalam fase industri ini, kuantitas penjualannya memang masih belum besar. Mereka pun mengalokasikan biaya untuk modal kerja awal hingga investasi usaha.Membeli saham perusahaan yang masih ada di fase awal cukup berisiko. Namun jika perusahaan ini berhasil tumbuh, maka keuntungan kita pun sangat besar
b. Fase pertumbuhan (rapid growth phase)
Permintaan akan produk perusahaan yang masuk ke fase pertumbuhan sudah cukup banyak. Margin dan laba bersihnya juga sudah tumbuh, sementara itu angka kompetisinya masih tergolong rendah. Peluang akan potensi labanya juga cukup besar. Jika kamu membeli saham perusahaan dengan fase industri ini, risikonya tentu lebih kecil ketimbang yang masih di fase awal.
c. Fase pendewasaan (mature growth phase)
Penjualan dari perusahaan dengan fase industri ini terbilang stabil, akan tetapi kompetisi bisnisnya juga cukup ketat karena pesaingnya gak sedikit. Tentu saja, perusahaan-perusahaan di fase ini butuh melakukan terobosan dan inovasi baru.Meskipun tergolong stabil, risiko laba tergerus tetap ada karena persaingan usaha. Oleh karena itu, jika memang pilihanmu adalah saham perusahaan di fase ini, pilihlah yang memiliki pangsa pasar lebih luas ketimbang kompetitornya.
d. Fase stabilisasi dan pendewasaan pasar (stabilization and market maturity phase)
Pangsa pasar dari perusahaan di fase industri ini sudah terkonsolidasi. Perusahaan ini cenderung sulit mengalami pertumbuhan, sementara itu persaingan di pasar dinilai cukup mematikan karena bentuknya adalah perebutan pasar.Berinvestasi di perusahaan seperti ini masih tetap menguntungkan. Hanya saja imbal hasilnya memang kurang menggoda karena pertumbuhan dari perusahaan ini tergolong lambat.
e. Fase perlambatan (declaration of growth and decline industries)
Dulu, mungkin saham perusahaan yang di fase ini adalah primadona karena diburu investor. Namun seiring dengan berjalannya waktu, pangsa pasarnya kian meredup, margin keuntungan mereka pun minus, dan persaingan usahanya juga makin mematikan. Inilah saham yang mesti kamu hindari. Bisa jadi nama perusahaannya memang cukup terkenal, tapi bisnisnya sudah sunset (prospeknya suram di masa depan).
3. Analisis Perusahaan
Teknik analisis fundamental saham ini fokusnya bukan lagi ke industri, melainkan ke perusahaan yang ingin di beli. Menganalisis perusahaan tidak cukup hanya dengan membaca berita di media dan mengetahui perkembangan perusahaan, akan tetapi harus mengetahui apakah perusahaan yang ingin di beli itu sehat atau sebaliknya.Bisa jadi, penjualan yang mereka bukukan cukup tinggi tahun lalu, namun utangnya juga sangat tinggi.
Ada beberapa poin yang bisa dijadikan acuan untuk memperkuat analisis fundamental saham kamu dari analisis ini yaitu;
a. Rasio utang dan ekuitas (debt equity ratio)
Rasio ini adalah rasio keuangan yang menunjukkan persentase utang dan ekuitas sebuah perusahaan.Bicara soal utang, tentu saja utang itu adalah kewajiban yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Sementara itu, ekuitas didefinisikan sebagai kekayaan bersih sebuah perusahaan yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan, dan hasil suatu kegiatan usahanya.Bisa diartikan bahwa rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi utang-utang atau membayar kewajibannya.
b. Pertumbuhan laba
Nilai laba bersih (net income) didapat dari total pendapatan (termasuk penjualan) dikurangi dengan beban penjualan, beban keuangan, dan beban pajak. Dalam laporan keuangan, komponen ini bernama Laba Periode Berjalan yang Dapat Didistribusikan ke Entitas Induk. Lakukanlah perbandingan laba bersih ini untuk melihat kinerja perusahaan dari kuartal per kuartal, dan tahun ke tahun.
c. Return on Equity (ROE)
Analisis ROE juga seringkali digunakan bagi para investor yang menerapkan analisis fundamental saham untuk mengambil keputusan.ROE bisa diartikan sebagai rasio profitabilitas perusahaan. Intinya, perhitungan ini akan menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dari ekuitas yang dimiliki. Sederhananya, rasio ini bakal mengukur pengembalian modal dari investor. Rumus menghitung ROE adalah laba bersih dibagi ekuitas pemilik. Jika memang ROE selalu meningkat dari tahun ke tahun, perusahaan itu bisa dikatakan sanggup memaksimalkan tingkat pengembalian ekuitas untuk menghasilkan laba bersih
d. Rasio dividen
Dividend payout ratio (DPR) atau rasio pembayaran dividen merupakan indikator untuk mengetahui seberapa besar persentase laba bersih yang dibagikan menjadi dividen. Rumusnya adalah Dividen dibagi dengan laba bersih.Beberapa perusahaan memiliki DPR 100 persen, itu artinya seluruh laba perusahaan dibagi ke pemegang saham. Umumnya, perusahaan dengan DPR tinggi adalah perusahaan dalam fase industri stabilisasi dan pendewasaan, seperti UNVR itu lah.Sementara yang masih ada di fase awal dan pertumbuhan, DPRnya kecil yaitu 15 hingga di bawah 50 persen.Tapi bukan berarti saham yang memberikan dividen dalam jumlah kecil itu jelek. Walaupun dividennya kecil tapi pertumbuhannya cepat, capital gainnya bisa naik berkali-kali lipat.
e. Earning per Share (EPS)
EPS atau rasio laba per saham adalah nilai yang dipakai untuk menentukan seberapa besar laba yang dihasilkan per lembar saham. Rumus EPS adalah laba bersih dibagi jumlah saham yang beredar.
EPS bisa naik karena laba bersih meningkat karena:
- Laba naik tapi jumlah saham yang beredar sama (tidak berubah).
- Laba bersih meningkat tapi jumlah lembar saham berkurang
- Laba bersih serta jumlah saham yang beredar meningkat, tapi perusahaan mampu menggandakan keuntungan lebih besar lagi.
Beberapa faktor yang membuat EPS turun antara lain adalah:
- Laba bersih turun tapi jumlah saham yang beredar sama
- Laba bersih turun dan jumlah saham naik
- Laba bersih naik dan jumlah saham naik, tapi kenaikan laba bersih gak terlalu tinggi.
f. Price Earning Ratio (PER)
Rasio ini sering digunakan untuk mengetahui apakah saham-saham yang kamu pantau harganya sudah murah atau masih mahal.Rumus PER adalah harga saham dibagi dengan earning per share (EPS). Bisa diartikan bahwa PER itu ya perbandingan harga saham dengan laba bersih per saham.Bisa dibilang, semakin tinggi PER maka semakin mahal juga harganya. Begitu pun sebaliknya makin kecil makin murah.Akan tetapi, analisis PER harus dilakukan dengan cara membandingkan PER satu saham dengan saham lain di industri sejenis, yang tentunya punya prospek bisnis yang sama.
g. Price to Book Value (PBV)
Dalam analisis fundamental saham, PBV adalah perbandingan harga saham dengan nilai buku per saham. Analisa ini juga digunakan untuk menentukan harga sebuah saham, apakah mahal atau murah.
Rumusnya adalah: harga saham dibagi nilai buku.Nilai PBV 1 seringkali digunakan untuk menyatakan bahwa saham itu berada di harga yang murah. Namun bisa saja saham itu adalah saham yang terjerat utang. Perusahaan-perusahaan besar memiliki PBV yang juga tinggi. Namun bukan berarti perusahaan itu kemahalan lho. Laba bersih yang mereka cetak juga cukup tinggi.
Contoh Analisis Fundamental Saham
1. Earnings Per Share
EarningPer Share (EPS) adalah pendapatan bersih perusahaan dalam setahun dibagi dengan total rata-rata lembar saham yang beredar. Nilai EPS dapat menunjukkan tingkat profitabilitas sebuah perusahaan dengan melihat laba bersih yang dihasilkan setiap lembar saham. Ketika investor saham ingin melakukanan alisis fundamental maka nilai EPS berada pada peringkat pertama yang mesti diketahui.
Bahwa keuntungan dan kerugian sebuah perusahaan biasanya tergambarkan dari nilai EPS itu. Nilai yang didapat bisa digunakan investor untuk menghitung harga wajar saham. Bila angka EPS negative artinya emiten itu merugi, jika positif artinya emiten untung. Bila menjumpai saham dengan nilai EPS negatif, investor pasti akan langsung meninggalkannya. EPS adalah tool analisis tingkat profitabilitas perusahaan menerapkan metode laba konvensional. EPS merupakan diantara dua alat ukur yang kerap diandalkan dalam menilai saham bersama dengan nilai Price Earning Ratio (PER).
Faktor yang mempengaruhi earning per share adalah tingkat revenue yang dimiliki sebuah emiten. Di sebuah perusahaan, earnings per share lazimnya sebanding dengan revenue. Karena melihat jumlah keuntungan emiten, EPS termasuk dalam rasio profitabilitas. Berarti, jika perusahaan dapat memperoleh revenue besar otomatis angka EPS perusahaan itu pun besar. Namun, bila earnings per share perusahaan rendah, otomatis besaran revenue dari perusahaan itu pun kecil. Di samping revenue, aspek yang lain misalnya profit margin pun dapat digunakan untuk pertimbangan ketika mengadakan perhitungan keuntungan perusahaan. Skala perusahaan juga tak dapat digunakan sebagai acuan resmi besar kecilnya angka EPS perusahaan. Sehingga, perusahaan yang termasuk dalam skala perusahaan besar pun tak akan dapat menjamin jika nilai EPS-nya besar. Namun, perusahaan dalam kategori skala kecil juga belum tentu selalu memberikan angka earnings per share yang rendah. Sebab Faktor itu lazimnya ditentukan dari besaran keuntungan yang diperoleh perusahaan serta total saham yang dikeluarkan tiap perusahaan. Karenanya manajemen perusahaan memiliki tanggungjawab untuk mengoperasikan perusahaan sehingga akan menghasilkan laba maksimal untuk memberikan nilai earnings per share yang tinggi. Biasanya investor hanya tertarik membeli saham yang memiliki nilai EPS tinggi.
2. Analisis Pendapatan Penjualan
Selanjutnya dalaman alisa fundamental saham, pendapatan adalah factorkedua yang harus diperhatikan. Jika ingin mengetehui bahwa laba yang diperoleh merupakan hasil dari penjualan (produk dan/atau jasa) perusahaan. Bisa saja pendapatan diperoleh dari hasil penjualan asset perusahaan. Analisis terhadap pendapatan penjualan yang dimiliki didapatkan baik dari penjualan produk dan jasa dari perusahaan tersebut, atau dari penjualan asset perusahaan itu sendiri.
3. Laba Operasi
Pertumbuhan laba operasi ini perlu untuk mengetahui apakah EPS diatas memang merupakan kontribusi dari operasional perusahaan dan bukan dari pendapatan lainnya. Sebuah perusahaan bisa saja operasional intinya merugi, namun oleh karena perusahaan yang bersangkutan juga menjuala setnya, maka EPS nya bisa naik. Dan ini tidak baik karena besarnya EPS bukan didapat dari bisnis inti perusahaan.
4. Return to Equity (ROE)
Para analisis fundamental biasanya sering menyarankan membeli investasi perusahaan tertentu karena ROE nya meningkat. ROE termasuk rasio profabilitas. ROE digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari ekuitas/ modal yang dimiliki (baik modal sendiri maupun modal yang disetor oleh pemegang saham). Atau dengan kata lain, mengukur pengembalian atas modal. ROE menjadi ukuran penting dalama nalisis fundamental, karena ROE mengukur seberapa besar perusahaan mampu memuaskan kepentingan pemegang saham (yang menanamkan modal di perusahaan).
Cara Membandingkan Saham Dalam Satu Sektor
Cara untuk menganalisa sector saham berdasarkan fundamental perusahaan ini dapat menggunakan metode komparatif, yaitu membandingkan rasio keuangan beberapa perusahaan dalam sector industri yang sama. Rasio keuangan yang digunakan dalam analisis sector saham berdasarkan fundamental antara lain:
- PER (Price Earning Ratio) Industri, yakni rasio yang mengukur perbandingan antara harga saham dengan keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Semakin kecil PER maka akan semakin baik.
- PBV (Price to Book Value), yaitu rasio yang membandingkan antara harga saham dengan nilai buku atau nilai intrinsiknya. Semakin kecil juga semakin baik yang artinya harga saham masih murah.
- ROE (Return on Equity) adalah jumlah imbal hasil dari keuntungan atau laba bersih terhadap ekuitas dalam satuan persen. Semakin tinggi ROE maka semakin baik.
- EPS (Earning per Share) adalah laba perusahaan yang dibagi per lembar saham. EPS yang baik adalah yang nilainya cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu. Semakin besar EPS maka semakin bagus.’
- DER (Debt Equity Ratio) merupakan perbandingan antara jumlah hutang terhadap ekuitas. Semakin kecil akan semakin baik.
Dari hasil membandingkan rasio-rasio keuangan beberapa perusahaan dalam sector industri yang sama, dapat diambil kesimpulan saham perusahaan mana yang lebih baik berdasarkan analisis fundamental. Setelah menganalisis lingkup makro dan sektoral, selanjutnya kita dapat memperdalam analisis pada lingkup perusahaan. Analisis fundamental memiliki kelemahan karena data yang digunakan merupakan yang terjadi di masa lalu. Oleh karena itu sebaiknya kita menganalisis lebih banyak data untuk memperkuat analisis yang dilakukan.